HAMPA

Juli 25, 2017

Dia termenung, tertatih lesu. Dari ujung jalan ke sisi langit tak henti ia menangis – air matanya lirih. Luka memar nadinya menganga memekik. Dia merangkai langkah, menepis lara, menghentak mengasah asa, berbisik – tolong aku ya khalik.

Rebah – di pelukan khaliknya dia tertidur – bermimpi.
Pada mimpinya dia melihat seribu kilometer pada masa lalu; duri tajam dan sembilu pada jantungnya terpaku; pekat tengkorak batu kering tak bergeming – rata diterjang.

Dia ingat kata-katanya: “Mari kita bisu agar tak ada tapak-tapak mendengar keluh kesah kita.
Mari kita buta agar kita tak melihat apapun kecuali CINTA KITA”

Nyiur menari membentangkan selendang menabuh genderang bernyanyi riang. Langit meniup seruling – semua bersenandung bahagia berseru CINTA KITA.

Sejuta purnama berlalu membawa selendang CINTA KITA. Taman tercipta oleh peluh dan airmata. Kuntumnya mekar tersenyum melambai-lambai.

Duri, sembilu dan batu kering merayap mendekat tapi bisu. Selendang meregang tak tersisa. Istana CINTA sirna.

Kini bumi merenggut mengatupnya.

Di pelukan khalik – matinya bermimpi. HAMPA.

Tiada lagi cicit burung dia dengar. HAMPA.

Dia menatap langit dan berbisik. HAMPA

Dian Sidauruk, 18 Juli 2017, Sanur, Bali.

RATA TANAH

Juli 25, 2017

Aku tak pernah ingin tak bersamamu.

Petang mendayu mengayuh ringkih kelelahan. Matahari sembab di barat. Pelangi remang menggayut di ujung samudera perlahan raib. Awan bergerak lesu sekarat, merangkak letih. Semuanya sendu sesendu hatiku. Aku – bersama jiwaku – sedih. Ini derita.

‘Sunguh indah laut cinta’. Syair ini – ketika di bibir Parlina BIMBO – indah romantis mengalir membelai angan-angan, tetapi ketika kunyanyikan bagimu warnanya menjadi jingga retak, bergelombang porak poranda. Marrunggengan songon suga ni tada-tada.

Hari ini untuk kesekian kalinya engkau merasuk kejiwaku – merayapi nadiku. Wajah teduhmu bagai kesejukan sungai hutan mengalir di mataku. “Kekasih, kemarilah. Tidakkah engkau tahu aku rindu padamu?”

‘Sungguh perih laut cinta’ bersama senandung air mata – ini kugubah untukmu. Telahkah aroma air mata itu tercium olehmu?

Adalah sekuntum bunga bertengger di ujung dermaga itu, tersenyum menggodaku – kupetik dan kusematkan di atas kupingmu. Ada desiran cinta pada setiap kelopaknya dan itu desiran cintaku. Tetapi, mengapa desiran itu engkau penggal?

Lamunanku usai sudah tetapi cintaku tak pernah usai padamu.

Malam ini kumohon agar segera aku tertidur dan bermimpi tentang dirimu, dan bila itu terjadi, semoga aku tak bangun seabat. Tahukah kau mengapa? Agar seluruh pembuluh darahmu kualiri, kubalut dan kubelai.

Ah, aku teramat letih menghalau lamunan. Tentang cintaku padamu akankah hanya lamunan di atas mimpi? Tidak. Engkau harus bersamaku sampai Rata Tanah.

Malam membentang menerpa cakrawala. Sepi melanda tak kunjung sirna. Subuh menggeliat menapaki bintang. Aku tak juga dapat tidur. Malam berlalu tanpa mimpi. Malam yang gelisah tak memberiku waktu menari bersamamu – adakah kau peduli?

Pagi ini telah enam kali kusebut namamu dan kali ketujuh aku berteriak memanggilmu. Kau diam. Aku merana. Mimpi lagikah aku? Bukan. Ini sayatan cinta yang kau penggal – gotap – tos. Sengsara!

Aku terlunta membawa gumpalan cinta yang beku. Ingatkah aku – aku sedang di mana? Tidak. Yang kuingat hanya satu: aku tak pernah ingin tak bersamamu.

Seabad kemudian kita bertemu – tersenyum seperti dulu ketika bola matamu memohonku menyentuh ujung rambutmu. Kau berbaring di sampingku. Kita hangat berselimut akar rumput.
Kita bisu. Kita Rata Tanah. Rata Tanah.

Rata Tanah- abadi bersama cinta. RATA TANAH

Pea Sidihoni. Salah satu danau di antara 9 danau di Pulau Samosir

April 3, 2013

Pea Sidihoni. Salah satu danau di antara 9 danau di Pulau Samosir

Supply Cataloguing: Cataloguing Project, Cataloguing Cleansing and Cataloguing Training

Februari 8, 2013

Contact Dian Sidauruk, +62 81335202526

Samosir – Toba Lake – Danau Toba

Maret 3, 2011

Tourism Information – Travel – Accommodation:
Polonia Air Port Medan, Parapat, Tomok, Tuktuk Siadong, Ambarita, Siallagan, Huta Bolon Simanindo, Parbaba, Lumbansuhi, Panguruan, Simbolon, Palipi, Nainggolan, Onan Runggu, Sukkean, Lontung.

Contact Dian Sidauruk 081335202526
email: dian_sidauruk@hotmail.com

Professional Cataloguing Services

Maret 1, 2011

Training and doing Cataloguing Project: Contact Dian Sidauruk 081335202526.dian_sidauruk@hotmail.com

Supply Cataloguing Services

Juli 26, 2010

Contact Dian Sidauruk. PT. Mitrais, Jln. Kediri 38, Kuta 80361, Denpasar, Bali. Phone: +62 361 755 025. Fax: +62 361 755 024. Mobile: +62 813 3520 2526. Email: dian.sidauruk@mitrais.com www.mitraismining.com

MEMILIH ASBAK ROKOK: Menghindari kebakaran, menjaga keharmonisan

Mei 19, 2010

Setelah meletakkan kopi hangat di meja, wajah adinda – istriku, terlihat masai. Ekor matanya seakan menghakimiku. Aku tertegun mencoba meramal – mengapa sikap istriku semasai itu. Seingatku, jam-jam sebelum ini tak ada yang masam yang kucetakkan padanya. Bukankah tadi malam kami berbicara banyak tentang masa lalu kami terutama masa muda kami yang indah dengan segunung pernik-pernik asmara?

“Kakanda, indah sekali ketika itu.” Demikian adinda tadi malam mengawali nostalgia itu sambil menyengol-nyenggol bahuku.

“Betul dinda. Setiap detik yang kita lalui selalu menambahkan beberapa siung rumbai warna melankonlis membuat keindahan itu semakin indah,” balasku sembari menatap sanubarinya yang sejuk.

Bayangan nostalgia itu – bersama kabut tipis jingga merah delima dengan seribu lilin melantunkan kidung-kidung langit Tanah Batak manghaliangi biding-biding ni hauma i memandu kami terbang ke atas pelangi.

Mungkinkah cerita tadi malam tak menguas seluruh nalurinya? Kurenungi suasana itu sembari menikmati tegukan kopi. Selagi tegukan itu melintasi kerongkonganku adinda datang dengan sehelai taplak meja ditangannya. Corak masai wajahnya bertambah kusut membuat serat kecantikannya hilang-hilang tampak – buram kelabu remang-remang sulit dideskripsikan.

“Sudah duapuluh tiga taplak meja berlubang karena api rokok. Semuanya harus menjadi lap karena kalau sudah berlubang, kakanda tak pernah setuju kalau dinda memasangnya lagi. Akankah ada yang keduapuluh empat? Ketusnya meningalkanku kaku membathin melongo.

Aku menarik nafas panjang. Kusesali kebiasaan buruk yang tak pernah dapat kulepasakan: merokok. Rokokku sering menggelinding dari asbak lalu jatuh dan melubangi taplak meja. Beruntung tak menimbulkan kebakaran – semoga hal ini tak pernah terjadi. Aku berdiri menghampiri adinda tercinta, kupeluk dan kubisikkan: “Adinda, kanda berjanji tak akan melubangi taplak meja lagi.”

Mendengar itu wajahnya berseri. Seuntai sinar rembulan menghiasi senyumnya yang manja. Kedua kelopak bibirnya seakan mengajakku ke atas pelangi lagi.

Hari itu setiap toko kumasuki mencari asbak. “Saya mencari asbak yang dapat menjepit rokok,” kataku kepada setiap penjaga toko. “Menjepit rokok? Rokok kok dijepit? Apa rokoknya nggak gepeng? Alis mata mereka menjulang meloncat-lontat naik kelangit-langit ke tujuh bernada mengejekku. “Tolol, but no problem, you do not understand, tau?” Tangkisku menggerutu.

Tak sampai pukul 12.00 aku sudah menemukan asbak yang kumaksud. Kubeli beberapa buah. Sebagian buat persediaan. Sebagian lagi untuk teman-teman perokok bila ada yang mau – tapi beli dengan harga dua kali lipat.

“Adinda, lihatlah asbak ini. Mulai sekarang tak akan ada lagi taplak meja yang berlubang karena api rokok”. “Nah, begitu kanda. Rokok kakanda tak akan menggelinding lagi. Taplak meja dan benda yang mudah terbakar di sekeliling meja pasti terhindar dari serbuan api rokok”.

Aman so ha ribo ribo an.

Wajah adinda bersemi bagai taman di musim bunga. Sore menjalar dan malam di langit Simanindo berkibar-kibar bagai bendera pusaka menunggu paskibraka. Hening membuat suasana dingin merayu-rayu.

“Kanda, dinda teringat akan rokok kanda yang terjepit.”

“Mari kita ke atas pelangi lagi.”

Denpasar, Bali

Supply Cataloguing Training

April 15, 2010

Provide Modern Cataloguing Theory and Techniques. Present Oniqua Standard Dictionary of Items Names (OSD, formerly Auslang) and NATO Classification/Codification. Contact Dian Sidauruk, PT. Mitrais, Jln Kediri 38 Kuta, Denpasar, Bali. Phone: +62 (361) 755 025; Facsimilie: +62 (361) 755 024. Mobile: 081 335 20 25 26

BLUEPRINT – CETAK BIRU – CETAKBIRU

Maret 2, 2010

Blueprint diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi Cetak biru. Bila istilah ini boleh diterjemahkan maka seharusnya terjemahannya adalah Cetakbiru, bukan Cetak biru. Mengapa? Karena Blueprint tidak berspasi maka terjemahannyapun seharusnya tidak berspasi.

Blueprint nampak pantas diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Blue sama dengan biru, print sama dengan cetak kemudian dipadu-padukan sehingga terdengar masuk akal padahal janggal dan nampak dipaksakan.

Supaya istilah dapat dimengerti maka istilah tersebut harus didefinisikan dan definisi itulah yang diterjemahkan.

Di bawah ini beberapa istilah yang bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia sama janggalnya, sama lucunya dan sama anehnya dengan terjemahan blueprint di atas.

Bluetooth = Gigi biru; Blueberry = Berry biru; Bluefame = Ketenaran biru; Bluemoon = Bulan biru; Hotdog = Anjing panas; Hotmail = Surat panas; Hotkey = Kunci panas; Hotline = Garis panas; Headline = Garis kepala; Headline News = Berita-berita garis kepala; Deadline = Garis mati; Gajah Mada = Elephant Mada; Bearing blue = Biru bantalan

Bearing blue diterjemahkan menjadi Biru bantalan oleh Zainuri S. dari Lamongan. Bearing blue adalah Trade Name jadi tidak boleh diterjemahkan. Bearing blue adalah Nondrying paste using for locating high spots.

Denpasar, 10 Jan. 2010